Kamis, 01 Desember 2011

SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA


SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA

Sumberdaya Batubara

Batubara merupakan padatan yang sangat heterogen dengan struktur kimia yang kompleks yang terdiri dari unsur-unsur tumbuh-tumbuhan yang telah tertimbun berjuta tahun yang lalu.
Berdasarkan klasifikasi Badan Standarisasi Nasional Indonesia (BSN) tentang batubara pengertian endapan batubara adalah endapan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang telah mengalami kompaksi, bahan kimia dan proses metamorfisme oleh panas dan tekann selama waktu geologi, yang berat kandungan bahan organiknya lebih dari 50% atau volume bahan organik tersebut terrnasuk kandungan lengas bawaan (Inherent moinsture) lebih dari 70%.
4.1.1        Pembentukan Batubara

Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahapan yaitu tahap biokimia dan dinamokimia, uraian kedua tahap tersebut sebagai berikut :
4.1.1.1  Tahap Biokimia/Peatifikasi

Tahap ini merupakan proses perubahan dari bahan tumbuh-tumbuhan yang mengalami pembusukan dan kemudian terakumulasi hingga yang membentuk peat (Gambut). Pada tahap ini adanya aktifitas mikroorganisme dan partikel-partikel bakteri terhadap material tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan adanya oksigen yang cukup memadai, jika menguntungkan tahapan ini akan membentuk peat yang berwarna hitam gelap atau dengan struktur amorf. Dan jika tidak menguntungkan akan terbentuk peat yang mengandung material-material kayu dan material lain yang tidak teruraikan (tidak mengalami dekomposisi) dengan warna coklat. Dengan demikian peat merupakan tahap awal dalam pembentukan batubara yang merupakan pemadatan dari bahan tumbuhan yang mengalami pembusukan dan kemudian terakumulasi.
4.1.1.2  Tahap Dinamokimia/Metamorfisme

Tahap ini merupakan perubahan yang terjadi karena faktor tekanan dan temperatur (panas). Jika peat sudah terbentuk, maka proses selanjutnya tergantung keadaannya. Pada saat peat tertimbun oleh sedimen-sedimen, maka pada saat itu pula akan mengalami tekanan yang diakibatkan oleh beban yang berlebihan dari sedimen di atasnya sehingga tekanan yang ditimbulkan tersebut merupakan aktifitas pertama yang menyebabkan perubahan terhadap sisa-sisa organic/tumbuhan tersebut. Sumber panas dapat juga berasal dari panas bumi karena adanya intrusi.

Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Batubara

Faktor-faktor pembentukan batubara menurut Sukandarrumidi,1995 adalah sebagai berikut posisi geoteknik,paleotopografi,posisi geografi, iklim,tumbuh-tumbuhan, pembusukan,proses penurunan dasar cekungan,trangresi dan regresi, waktu geologi, sejarah setelah pengendapan dan proses metamorfisme organic.
Perhitungan Sumberdaya Batubara

Data-data dasar yang digunakan dalam perhitungan sumberdaya batubara pada umumnya terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu Peta Topografi, Peta Geologi atau Peta penyebaran batubara dan data-data pemboran.
4.2.1        Pengolahan Data

Untuk membantu memudahkan perhitungan sumberdaya maka data-data dasar yang telah tersebut diatas diolah dalam bentuk penampang kolerasi titik bor , menentukan cropline dan pembuatan peta radius.
4.2.1.1  Penampang Korelasi

Pembuatan penampang korelasi titik bor merupakan salah satu tahap dalam pengolahan data dengan tujuan adalah untuk mengetahui kondisi lapisan batubara bawah permukaan, selain itu korelasi titik bor ini juga digunakan sebagai penentuan ketebalan rata-rata lapisan batubara yang akan dihitung besarnya sumberdayanya. Pembuatan korelasi ini tentunya menggunakan data hasil titik bor di mana penarikan atau penentuan titik bor yang di korelasikan adalah searah dengan penyebaran lapisan batubara atau strike.
4.2.1.2  Cropline
Cropline merupakan garis yang mengikuti arah penyebaran batuan dalam hal ini singkapan yang terdapat di permukaan, data cropline ini diperoleh dengan melakukan mapping atau pengukuran di daerah penelitian. Tujuan dari pembuatan cropline ini adalah penetuan batas perhitungan untuk luas singkapan lapisan batubara yang dihitung.
  Peta Radius
Pembuatan peta radius bertujuan adalah untuk menentukan luas pengaruh daerah yang akan dihitung. Pembuatan radius ini dengan menggunakan titik informasi yang tidak lain adalah titik bor pada daerah penelitian, penentuan besarnya nilai radius yang digunakan berdasarkan jenis sumberdaya yang digunakan.

  Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara

Klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara merupakan pengelompokan  yang didasarkan pada tingkat keyakinan geologi dan kajian kelayakan pengelompokan tersebut mengandung dua aspek yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.
4.3.1        Aspek Geologi

Berdasarkan tingkat keyakinan geologi sumberdaya terukur harus mempunyai tingkat keyakinan yang lebih besar dibandingkan dengan sumberdaya terunjuk, begitu pula sumberdaya terunjuk harus mempunyai tingkat keyakinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumberdaya tereka. Sumberdaya terukur dan terunjuk dapat ditingkatkan menjadi sumberdaya terkira dan terbukti jika telah memenuhi kriteria layak.tingkat keyakinan geologi tersebut secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak titik informasi (misalnya titik bor).
Aspek Ekonomi

Ketebalan minimal lapisan batubara yang dapat di tambang dan ketebalan maksimal dirt parting atau lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan pada saat proses penambangan, yang menyebabkan kualitas batubara menurun karena kandungan abunya meningkat, merupakan beberapa unsur yang terkait dengan aspek ekonomi dan perlu diperhatikan dalam menggolongkan sumberdaya batubara.
Sumberdaya batubara terukur (measured coal resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
            Cadangan batubara terkira (probable coal reserve) adalah sumberdaya batubara terunjuk dan sebagai sumberdaya batubara terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan secara layak.
            Cadangan batubara terbukti (proved coal reserve) adalah sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan secara layak.
4.3.3        Persyaratan Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara

            Persyaratan jarak titik informasi untuk setiap kondisi geologi dan kelas sumberdaya dibagi berdasarkan atas kriteria jarak titik informasi (tabel 4.1)
Tabel 4.1 Jarak titik Informasi menurut kondisi geologi (BSN,1997)
KONDISI
GEOLOGI

KRITERIA
SUMBERDAYA
Terukur
Terunjuk
Tereka
Hipotetik
Sederhana
Jarak titik Informasi (m)
X<300
300<X<500
500<X<100
Tidak Terbatas
Moderat
Jarak titik Informasi (m)
X<200
200<X<300
300<X<800
Tidak Terbatas
Kompleks
Jarak titik Informasi (m)
X<100
100<X<200
200<X<400
Tidak Terbatas

   Metode Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan Batubara

Metode-metode dalam perhitungan sumberdaya dan cadangan batubara dapat dikelompokkan menjadi metode geostatistik, metode pemodelan dan metode klasik, (Reserve Modeling for Mining Geology,2001)
4.4.1 Metode Geostatistik
Teknik perhitungan yang digunakan dalam metode ini tidak semata-mata berdasarkan jarak tetapi juga memperhitungkan korelasi ruang (Spatial) antara contoh yang merupakan fungsi dari jarak juga. Korelasi ruang antara contoh ini dikualifikasikan oleh variogram.jadi variogram didefinisikan sebagai alat untuk mengkualifikasi tingkat kemiringan antar dua contoh yang terpisah oleh jarak.
Metode Geostatistik memakai teknik kriging untuk menghitung kadar blok yang ditaksir, dengan konsep kombinasi linear dari komposit lubang bor disekitar blok tersebut teknik kriging dibedakan menjadi dua yaitu kriging linear dan kriging non-linear. 
Metode Pemodelan
Teknik pemodelan sumberdaya dan cadangan batubara pada umumnya menggunakan sistem blok seperti :
 Metode Blok Teratur
Pada saat sekarang model blok teratur adalah model komputer yang paling umum dipakai untuk tambang-tambang bijih yang memiliki batuan yang keras. Cebakan bijih dan daerah disekitarnya dibagi menjadi unit-unit yang lebih kecil atau blok-blok yang memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi tertentu. Tinggi blok biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang penambangan.
 Griddel Seam Model
Model umunya digunakan untuk pemodelan batubara dan cebakan mineral lainnya. Cebakan batubara dan daerah sekitar dibagi menjadi sel-sel yang teratur dengan lebar dan panjang tertentu. Dimensi vertikalnya tidak dikaitkan dengan jenjang tertentu, tetapi dengan unit stratigrafi dari cebakan tersebut.
Metode Klasik
Metode klasik mempunyai keuntungan yaitu, mudah diterapkan, mudah dikomunasikan dan mudah dipahami serta dapat disesuaikan dengan mudah, akan tetapi memerlukan interpretasi geologi yang baik. Adapun kelemahannya adalah bila diinginkan kualitas dan volume yang besar, maka sering menghasilkan kesalahan perhitungan, sehingga perlu tingkat kehati-hatian yang tinggi. Dalam penentuan bobot berdasarkan luas area atau volume secara matematis tidak optimal. Kelemahan lainya adalah kandungan dan ketebalan batubara diasumsikan konstan, Metode klasik ini meliputi :
Metode Circular (USGS) (Wood et al., 1983)
Metode perhitungan ini banyak digunakan dalam menafsirkan besarnya perhitungan sumberdaya batubara. Aturan dalam perhitungan dengan metode Circular USGS 1983 disesuaikan dari jenis sumberdaya yang digunakan (Gambar4.1).













Daerah dalm radius lingkaran 0-400 m adalah untuk perhitungan sumberdaya terukur dan daerah radius 400-1200 m adalah untuk perhitungan sumberdaya terunjuk. Teknik perhitungan tersebut hanya berlaku untuk kemiringan lapisan lebih kecil atau sama dengan 300 (<300).sedangkan untuk batubara dengan kemiringan lapisan lebih besar dari 300 (>300) caranya dengan proyeksi radius lingkaran ke permukaan terlebih dahulu
Penghitungan sumber daya batubara menurut USGS dapat dihitung dengan rumus
Tonnase batubara = A x B x C, dimana
A = bobot ketebalan rata-rata batubara dalam inci, feet, cm atau meter
B = berat batubara per stuan volume yang sesuai atau metric ton.
C = area batubara dalam acre atau hektar
Kemiringan lapisan batubara juga memberikan pengaruh dalam perhitungan sumber daya batubara. Bila lapisan batubara memiliki kemiringan yang berbeda-beda (Gambar 4.2), maka perhitungan dilakukan secara terpisah.
1.   Kemiringan 00 – 100
Perhitungan Tonase dilakukan langsung dengan menggunakan rumus Tonnase = ketebalan batubara x berat jenis batubara x area batubara
2    Kemiringan 100 – 300
Untuk kemiringan 100 – 300, tonase batubara harus dibagi dengan nilai cosinus kemiringan lapisan batubara.
3.   Kemiringan > 300
Untuk kemiringan > 300, tonase batubara dikali dengan nilai cosinus kemiringan lapisan batubara.


 














Selain itu Aspek –aspek geologi pada daerah penelitian seperti perlipatan , sesar, adanya intrusi pada singkapan batubara di permukaan, akan ikut mengontrol pehitungan sumberdaya batubara (Gambar 4.3)







 






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar